Senin, 10/01/2011 11:07 WIB
Suatu hari saat chatting YM, saat aku belum memiliki akun FB..
”Ada FB ga?”
”Ga ada. Adanya blog multiply. perempuanlangitbiru.multiply.com..”
Tak berapa lama kemudian.
”Kok foto di MPmu (multiply, red), anak kecil semuanya siih? Fotomu
mana?”, tanya seorang akhwat yang baru dikenal dari forum
radiopengajian.com.
”Itu semua foto keponakanku yang lucu..”, jawabku.
Suatu hari di pertemuan bulanan arisan keluarga..
"De' kok di FBmu ga ada fotomu siih?" tanya kakak sepupu yang baru
aja ngeadd FB-ku.
"Hehe.. Ntar banyak fansnya.." jawabku singkat sambil nyengir.
Suatu siang di pertemuan pekanan..
"Kak, foto yang aku tag di FB diremove ya? Kenapa kak?" tanya seorang
adik yang hanya berbeda setahun dibawahku..
"He.." jawabku sambil senyum nyengir yang agak maksa.
Suatu malam di rumah seorang murid.
”FBmu apa? Saya add ya..” tanya bapak dari muridku.
Setelah add FBku sang bapak bertanya, ”Kok ga ada fotonya siih?”
Aku hanya bisa ber-hehe-ria.
Dari beberapa kejadian itu, aku hanya bisa menyimpulkan bahwa yang
pertama kali dilihat orang ketika meng-add FB seseorang adalah
fotonya. Entahlah apa alasannya, mungkin memang ingin tahu bagaimana
wajah sang pemilik akun FB, padahal kan yang di add biasanya yang sudah
dikenal. Lantas jika memang sang empunya akun tidak memajang foto
dirinya di FB, langsung deh jadi bahan pertanyaan, bahkan untuk seorang
akhwat sekalipun.
Jika ditilik-tilik, fenomena foto akhwat yang bertebaran di dunia
maya nampaknya sudah bukan barang asing lagi. Kita dengan mudah
menemuinya termasuk di FB. FB yang merupakan suatu situs jejaring sosial
begitu berdampak besar bagi pergaulan masyarakat dunia, pun termasuk
pergaulan di dunia ikhwan akhwat.
Maraknya foto akhwat yang bertebaran di FB, membuat LDK (Lembaga
Da’wah Kampus) suatu kampus ternama harus membuat peraturan yaitu tidak
memperbolehkan akhwat aktivis da’wah kampus memajang foto dirinya di FB.
Tentu saja banyak reaksi yang muncul dari peraturan dan kebijakan itu,
mulai dari yang taat menerima dengan lapang dada sampai ada juga yang
mem’bandel’. Namun apalah arti sebuah peraturan jika memang kita tidak
mengetahui fungsi dan tujuannya dengan benar, dapat dipastikan peraturan
hanya untuk dilanggar jika ditegakkan tanpa kepahaman.
***
Di suatu pertemuan para akhwat aktivis da’wah kampus..
”Ayolaaah, foto bareng..” rayuku sebagai fotografer ketika
terheran-heran melihat seorang akhwat yang tidak mau ikut foto, menjauhi
kumpulan akhwat yang siap-siap berpose.
Selidik punya selidik ternyata akhwat tersebut kapok untuk difoto
karena fotonya beredar di FB padahal dia ga punya FB. Fotonya bisa
beredar di FB karena teman-teman satu jurusan mengunduh foto momen
bersama di FB yang tentu saja ada dirinya di dalam foto itu. Padahal
saat itu, aku belum punya FB (hanya memiliki blog di multiply) dan tidak
terbersit sedikit pun berniat untuk mempublish foto itu di dunia maya,
yaaa hanya untuk disimpan di folder pribadiku. Foto kebersamaan dengan
para saudari seperjuangan yang bisa membangkitkan semangat di saat-saat
tak bersemangat, hanya dengan melihatnya.
Jika diperhatikan dengan seksama, ternyata benar bahwa orang-orang
termasuk akhwat sudah terbiasa berkata, ”Nanti jangan lupa di upload n
di tag in di FB ya..” setelah melakukan foto bersama.
Benar saja! Di suatu kesempatan berselancar di dunia maya, di saat
aku akhirnya memutuskan membuat akun FB, melihat-lihat, berkunjung ke FB
para akhwat, dan ternyata benar saja foto-foto akhwat dengan mudah
dilihat para pengguna FB yang telah menjadi temannya. Aku yang memiliki
kepribadian idealis-pemimpi agak terkejut juga melihat hal itu, secara
baru terjun di dunia perFBan.
Terkejut karena kecantikan para akhwat dengan mudah dinikmati oleh
orang lain. Aku agak bingung juga harus bagaimana melihat fenomena
akhwat facebook-ers. Ada kekhawatiran apakah terlalu idealisnya
pikiranku yang mungkin sebenarnya mengunduh foto sudah menjadi hal yang
biasa saja di kalangan para akhwat. Itulah realita yang ada. Entah apa
yang melatarbelakangi para akhwat akhirnya mengunduh foto pribadinya
atau bersama rekan-rekannya di FB.
Hingga akhirnya pada suatu hari, terjadilah sebuah percakapan:
”Kenapa siih yang dilarang majang foto itu cuma akhwat? Kenapa ikhwan
juga ga dilarang?? Bukannya sama aja ya? Sama-sama bakalan dinikmati
kecantikan atau kegantengannya kan?” tanyaku bertubi-tubi kepada seorang
saudari yang sepemikiran denganku tentang fenomena foto akhwat di FB.
”Ya beda-lah.. Coba kita liat para cewek yang ngefans sama
artis-artis cowok Korea, mereka cuma ngeliat cowok Korea itu sekadar
suka-suka yang berlebihan.. Udaaaah, hanya sebatas suka ngeliat. Tapi
kalo cowok yang ngeliat foto cewek, itu beda. Kamu tau kan kalo daya
lihat para cowok itu berbeda? Ada pemikiran-pemikiran tertentu dari para
cowok ketika melihat seorang cewek bahkan hanya sekadar foto.”
Hmm.. yayaya.. Memang aku pernah mendengar bahwa daya lihat seorang
laki-laki itu 3 dimensi. Laki-laki bisa membayangkan dan memikirkan
hal-hal yang abstrak diluar dari yang dia lihat. Bahkan katanya lagi,
seorang laki-laki bisa saja memikirkan seorang perempuan tanpa berbusana
hanya karena melihat seorang perempuan yang berbusana mini berlalu di
hadapannya. Namun kebenaran itu belum bisa kubuktikan karena aku
hanyalah seorang perempuan biasa bukan seorang laki-laki.
Pantas saja Allah memerintahkan kita untuk menahan pandangan, seperti
dalam firman-NYA:
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, "Hendaklah mereka
menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu
adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa
yang mereka perbuat". Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah
mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya. . . . .”
(QS. An-Nuur [24] : 30-31)
Ayat ini turun saat Nabi Shalallahu a’laihi wassalam pernah
memalingkan muka anak pamannya, al-Fadhl bin Abbas, ketika beliau
melihat al-Fadhl berlama-lama memandang wanita Khats’amiyah pada waktu
haji. Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa al-Fadhl bertanya kepada
Rasulullah Shalallahu a’laihi wassalam, “Mengapa engkau
palingkan muka anak pamanmu?” Beliau Shalallahu a’laihi wassalam
menjawab, “Saya melihat seorang pemuda dan seorang pemudi, maka saya
tidak merasa aman akan gangguan setan terhadap mereka.”
Dari ayat diatas dapat dilihat bahwa yang diperintahkan untuk menahan
pandangan bukan saja laki-laki namun juga perempuan. Untuk itu, sudah
seharusnya kita menjaga pandangan dari hal-hal yang tidak seharusnya
kita pandang.
Lalu apa hubungannya dengan pemajangan foto di dunia maya?
Jika dulu kasus menjaga pandangan hanya karena bertemu dan bertatap
langsung, namun saat ini sudah lebih canggih lagi, tanpa bertemu dan
bertatap pun, godaan menahan pandangan itu tetap ada. Ya! Bisa jadi
dengan banyaknya bertebaran foto akhwat di dunia maya, itulah godaan
terbesar. Buat para ikhwan, harus mampu menahan pandangan di saat
berselancar di dunia maya, di saat-saat kesendirian berada di depan
layar komputer ataupun laptop. Kondisikan hati terpaut dengan Allah
saat-saat kesendirian, jangan sampai kita menikmati foto akhwat yang
bertebaran di dunia maya. Buat para akhwat, yang memang merupakan godaan
terbesar bagi para ikhwan, akankah kita terus menciptakan peluang untuk
membuat para ikhwan ter’paksa’ memandangi foto-foto pribadi kita?
***
Kejadian demi kejadian yang kutemukan di dunia maya begitu banyak
menyadarkanku akan pentingnya seorang akhwat menjaga dirinya untuk tidak
mudah mengupload foto dirinya di dunia maya.
Beberapa hari belakangan ini, ketika sedang mencari desain kebaya
wisuda untuk muslimah berjilbab di mesin pencari google, diri ini
dipertemukan dengan sebuah blog yang bernama 'jilbab lovers'. Pecinta
jilbab. Ya! Sesuai namanya, di blog itu berisi hampir semuanya adalah
foto-foto muslimah berjilbab dengan berbagai pose. Di antara beberapa
foto muslimah berjilbab itu, aku temukan 3 komentar yang mengomentari
foto seorang gadis, aku akui gadis dalam foto itu sungguh cantik,
memenuhi kriteria wanita cantik yang biasanya dikatakan sebagian besar
orang. Beginilah kurang lebih komentar 3 orang laki-laki pada foto gadis
itu dengan sedikit perubahan:
”Itu baru namanya gadis .. cantik nan islami.. sempuuuuurnaaaa...
salam kenal..”
”Subhanallah ada juga makhluk Allah seperti ini ya..”
”Subhanallah..”
Jika kita lihat ke-3 komentar diatas, bisa dilihat bahwa komentarnya
begitu islami dengan kata-kata Subhanallah namun juga menyiratkan bahwa
sang komentator begitu menikmati kecantikan sang gadis di dalam foto.
Hal ini menandakan bahwa siapapun yang melihat foto itu memang pada
akhirnya akan menikmati kecantikan sang gadis berjilbab. Allahurobbi,
akankah kita -para akhwat- rela jika kecantikan diri kita dapat dengan
bebas dinikmati oleh orang lain yang belum halal bagi kita bahkan belum
kita kenal?
Mungkin akan ada sebagian dari kita -para akhwat- yang akan
menepisnya, ”Aaahh,, itu kan foto close up. Kalo foto bareng-bareng ya
gpp donk?”
Hmm.. ada satu lagi yang kutemukan di dunia maya mengenai foto
muslimah berjilbab. Pernah suatu hari, ketika diri ini mencari gambar
kartun akhwat untuk sebuah publikasi acara LDF (Lembaga Da’wah Fakultas)
di mbah google, kutemukan foto muslimah berjilbab yang sudah diedit
sedemikian rupa hingga menjadi sebuah gambar porno. Memang gambar itu
tidak kutemukan langsung diawal-awal halaman pencarian google, tapi
berada di halaman kesekian puluh dari hasil pencarian keyword yang aku
masukkan. Terlihat foto wajah sang muslimah begitu kecil (kuduga dicrop
dari sebuah foto) dan dibagian bawah wajah sang muslimah berjilbab
diedit dengan dipasangkan foto/gambar sesuatu yang seharusnya tidak
diperlihatkan. Naudzubillahimindzalik..
Bagaimana perasaan kita jika seandainya melihat foto diri kita
sendiri yang sudah diedit menjadi gambar porno dan dinikmati oleh orang
banyak di dunia maya? Atau bagaimana perasaan kita jika ada kerabat
dekat yang melihat foto kita yang sudah diedit sedemikian rupa menjadi
gambar porno?
Semoga saja hal ini tidak menimpa diri kita. Ya Rabb,, bantu kami
–para akhwat- untuk menjaga kemuliaan diri kami..
Mungkin kita bisa mengambil teladan dari kejadian di bawah ini...
Suatu ketika, diri ini menemukan blog (multiply, red) seorang ustadz.
Dalam blog itu, terlihat foto sang ustadz bersama ketiga anaknya yang
masih kecil, tanpa terlihat ada istrinya. Di bawah foto itu diberi
keterangan, ”mohon maaf tidak menampilkan foto istri saya..”
Dari situ aku ambil kesimpulan bahwa sang ustadz sepertinya memang
tidak ingin menampilkan foto sang istri. Bisa jadi karena begitu besar
cintanya terhadap sang istri, maka tak boleh ada yang menikmati
kecantikan sang istri selain dirinya, begitu dijaga sekali kemuliaan
istrinya. Ya Rabb, semoga kami -para akhwat- bisa menjaga kemuliaan diri
kami..
Mungkin kita bisa mengambil hikmah dari kejadian di bawah ini...
Baru saja kemarin, di perkampungan multiply, MP, ada berita bahwa ada
seorang ikhwan yang tiba-tiba minta ta’aruf dengan seorang akhwat
padahal belum kenal sang akhwat dan hanya melihat foto sang akhwat di
FB. Huufffhh.. ada-ada aja..
Jika diliat dari akar masalahnya mungkin berasal dari foto sang
akhwat di FB, bukan begitu?
Jadi, apa yang akan kita –para akhwat- lakukan setelah ini?
***
Tulisan ini dipublish terutama ditujukan pada diri sendiri sebagai
seorang akhwat serta untuk saling mengingatkan para facebookers yang
lain. Semoga kita bisa menjaga kemuliaan diri kita sebagai seorang
akhwat ketika berada di dunia maya.
”Kejahatan itu bukan hanya sekadar berasal dari niat seseorang untuk
berbuat jahat tapi karena ada kesempatan. Waspadalah.. Waspadalah..”
Semangat bermanfaat!
Jadikan dunia maya sebagai ladang amal kita
###
Penulis bernama LhinBlue, seorang staf di biro PPSDM (Pengembangan
dan Pembinaan Sumber Daya Muslim) SALAM UI, yang baru saja menyelesaikan
studi S1 di Kimia FMIPA UI
Mahasiswi Kimia FMIPA UI 2006
Sumber : http://www.eramuslim.com/akhwat/muslimah/fenomena-akhwat-facebook-ers.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar